Social Icons

Pages

Tuesday 27 December 2011

catatan sore

Seperti pelangi yang biasanya muncul setelah hujan.. Bayi yang biasanya lahir setelah genap sembilan bulan.. Kupu-kupu yang biasanya harus melewati alur metamorfosis sempurna ulat-kepompong-kupu2. Bunga yang mekar setelah melewati kuncup-kuncupnya.
Semua kebiasaan alam harusnya membuat terbiasa dengan proses-proses kehidupan.. biasa untuk bersabar menunggu saatnya,  biasa menikmati alurnya..

Sabar ya, karena semua ada waktunya.. #kalo kata orang galau, semua akan indah pada waktunya..

Friday 9 December 2011

......

Lagi..
Semua terasa sangat hambar.
Petir, hujan, angin,  malam gelap dan waktu yang kubiarkan berlalu begitu saja.
Mungkin karena hati tak ku penuhi rasa syukur..
atau semakin banyak catatan pada buku harian malaikat sisi kiri...
atau lelah karena sudah merasa banyak bekerja..

Lagi..
karena hal ini bukan saja sekali dua kali..
seperti rollercoster.., naik turun, melesat dengan cepat..
dan teriakan hati yang terdengar makin sayup..
hingga perlu usaha keras untuk mendengar.
Allah.., Aku sedang kenapa?

Lagi..
Aku berdoa pada Mu
agar membantuku kembali lagi..

Sunday 4 December 2011

Aku Harus Bahagia

Bukankah ingin bahagia atau bersedih adalah pilihan ku.. Tetap tersenyum atau mau menangis ketika melihat kenyataan hidup yang tak sesuai dengan yang ku mimpikan juga diriku sendiri yang menentukannya.. Aku tidak akan membiarkan rasa bahagiaku ada pada benda atau seseorang di luar sana.. Dan saat ini aku memilih bahagia..



Thursday 17 November 2011

asem-asem jawa :)

Jika semua hal dimasukkan ke dalam hati.. tentu akan menjadi penuh sesak. Terlebih jika tempat penampung tidak terlalu lapang.. Karenanya, aku akan belajar tidak memasukan semuanya.. Cukup yang baik-baik saja.. yang buruk-buruk seperti  cacian, pandangan rendah orang lain, cibiran ku simpan di luarnya saja. Hingga mampu dengan mudah kubuang. Jika semua hal dipikir dengan pandangan yang menyedihkan maka semua akan tempak meyedihkan, sms yang lama di balas, pesan yang lama tak di jawab, sapaan yang takdihiraukan bahkan status facebook yang tidak di comment. Semua akan tampak meyedihkan. Berangsur-angsur pulihkan keadaan dan lihat semua sebagai bagian dan warna-warni hidup.. semua tampak menyenngkan. Bukan kah dari sana kelak aku akan belajar untuk lebih menghargai orang lain.

Meminta apa pun kamu akan diriku, ya .. beginilah. Aku seperti ini. Tak ada yang ku buat-buat sama sekali. Jika tidak senang silahkan.. pun jika senang juga tidak apa-apa. Mengapa harus menjadi orang lain untuk disukai. 
Hingga untuk hari ini... Semoga aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi, yang lebih ridho pada ketentuanNya, lebih semangat dan lebih bermanfaat untuk orang lain..

Monday 14 November 2011

Cerita di Tengah November

Hari ini, setelah bulan-bulan berlalu.. Masih saja aku peduli pada bayang-bayang yang masih jauh ku rengkuh. Dan sebuah jawaban yang pasti kuberikan ketika kesalahan demi kesalahan dilakukan.., sebuah maaf. Selalu ada berkarung-karung maaf kusimpan dan akan kuberikan meski tak diminta.. Jika ingin bermain-main, jangan disini.., ku mohon jangan di hatiku. Jangan membuatku marah, karena memarahimu jauh membuatku lebih sakit lagi.

Saturday 12 November 2011

:'(

Rindu, pada rintik yang membawa sejuk.., hujan yang damai.
atau suasana magrib yang tenang...
Rindu, pada warna-warna setengah linkaran di atas awan..
Rinduu, sangat rindu.

Thursday 27 October 2011

Tuesdays With Morrie


Nama Buku : Tuesdays With Morrie 
Pengarang  : Mitch Albom
Tebal Buku : 209 halaman
Penerbit    : PT. Gramedia Pustaka Utama

Kematian. Kata yang selalu menakutkan bagi sebagian besar orang, dan tidak bagi sebagian kecil lainnya. Sebagian kecil orang yang memang sudah mempersiapkan kematiannya.  Buku Tuesdays With Morrie ditulis oleh Mitch Albom seorang mantan mahasiswa Morrie yang selalu mengunjunginya setiap Selasa. Buku ini berkisah mengenai Morrie, seorang profesor sosiologi yang mengalami penyakit ALS dengan vonis dokter bahwa Ia  tidak akan lama lagi hidup. Setiap hari Ia merasakan nyawanya sedang dicabut  pelan-pelan, mulai dari tidak bisa berjalan, tidak bisa memegang dengan sempurna hingga ketika Ia selalu salah melafalkan huruf.  Namun dalam keadaan yang seharusnya mengundang belas kasihan, Ia malah mampu memberikan banyak inspirasi untuk orang-orang yang masih hidup. Ia menikmati proses kematiannya.
        Setelah menjadi narasumber di sebuah acara reality show, Ia menjadi sangat terkenal. Kata-kata mutiaranya dibukukan hingga ada yang mangatakan bahwa Ia seorang nabi, berlebihan. Dalam proses menuju kematiannya, Ia belajar banyak hal tentang makna kehidupan. Ia menjadi lebih bijak dalam memandang segala hal. Ia mulai menyadari bahwa hal yang penting bagi kehidupan bukan hanya hal-hal yang bersifat materi atau kebendaan dan kebutuhan duniawi, tapi juga spiritual dan bekal yang harus dipersiapkan untuk kematian. Spiritual, kebutuhan yang memang sudah terabaikan oleh kebanyakan orang yang tinggal di negaranya, Amerika. 
        “ Begitu kita tahu bagaimana kita akan mati, itu sama dengan belajar tentang bagimana kita harus hidup”, katanya. 
* * *
Hikmah dari membaca buku ini adalah  sebagai orang Islam, kita memang selalu diingatkan untuk selalu mempersiapkan kematian. Membaca buku ini mengingatkanku kembali pada pesan Rasulullah beberapa abad yang lalu, “Orang yang paling cerdas adalah orang yang selalu mengingat kematian”.

Bagian emosi

Sedang merasa sendirian, sepi.. dan aku membiarkan perasaan ini masuk ke hatiku.. meresap lebih jauh. Dan aku berkata pada diriku "inilah rasanya kesepian, rasakanlah". Aku mulai merasaknnya hingga mengenal tiap detik perasaan yang timbul.. hingga aku sangat mengenal perasaan ini, kesepian.

Suatu hari jika perasaan yang sama menunjukkan gejalanya aku sudah tau dan bergumam sendiri, "ini perasaan kesepian". Setelah itu aku mampu mematikan rasa ini dan beralih menikmati perasaan yang lainnya.



 


Saturday 22 October 2011

Hanya cerpen ^^ (tak berjudul)

"Bagaimana..?, apakah kau sudah siap". Pertanyaan itu terngiang-ngiang dalam otakku meskipun telah terlontar dua hari yang lalu.. Entah lah, campur aduk rasanya. Terselip perasaan menyesal dalam hatiku. Mengapa ia melontarkannya langsung padaku, tidak melalui murrabiyahku bahkan bukan mengatakannya hal tersebut pada orang tuaku.. Dan hal yang paling kusesali darinya adalah kalimat penutup, "namun aku minta waktu satu tahun lagi untuk mempersiapkan semuanya. Tentu saja kau tidak usah menjawabnya sekarang"..  Dan nafasku sejenak berhenti.  

Jika saja, dia bukanlah orang yang selama ini ku pandang baik, rendah hati, donatur tetap setiap kegiatan, dan ketua dari organisasi kampus yang kuikuti, pasti aku tak akan merasa serumit ini. Hatiku berperang,.Aku tak bisa menolak permintaannya.. Segala fakta yang ku ketahui tentangnya memberiku kepercayaan 99%  bahwa dia serius, tidak main-main. Namun satu tahun bukan waktu yang singkat. Akan ada banyak hal yang bermain-main dalam selang waktu itu. Allah, bantu hamba mu ini untuk membuat sebuah keputusan..  Ini sangat mengganggu.

(bersambung)


Cinta...

Cinta... 
Kata itu begitu akrab ditelinga. 
Ku kenal bahkan hampir seluruh umur hidupku. 
Namun tiap kali ingin ku definisi dan kuurai maknanya, lidahku selalu kelu, otakku buntu. 
Jika ku ungkapkan ia sebagai simpul senyum, lantas air mata juga selalu menjadi bagian darinya.. 
Jika ku katakan ia adalah rasa suka,  kadang benci juga mengikutinya.. 

Cinta..
Ku tuangkan dalam sebuah warna.
Dan rasanya, bukan hanya merah jambu saja yang ada.
Ada abu-abu, ada biru, ada ungu..

Lantas seperti apa ia., Cinta.. 
Seperti apa ia.. 


Wednesday 19 October 2011

Remembrance..





Ciwidey-Bandung
IPB
Kebun Binatang, Ragunan


"Bila nanti kita tua dan hidup masing-masing, ingatlah hari ini"

Tuesday 18 October 2011

%#@&?!

Setiap kali ingin mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan laptop, aku selalu saja tersesat di sini.. ya hampir selalu..

Kemelankolisanku sangat cocok disandingkan dengan tuts-tuts keyboard dan akhirnya jadilah tulisan-tulisan yang kadang tak menentu.., tak apa lah buat kenang-kenangan ^^,
Selain itu juga, di masa bebas tugas ini, sekarang memang aku punya hobi baru, merenung (merenungi nasib). Tapi aku lebih suka menyebutnya sebagai fase penyerapan energi (nge-les). Aku sedang menghimpun strategi untuk melebarkan sayap dan kemudian terbang lebih tinggi.. asikkan. :)  

Monday 17 October 2011

Menikah

Menikah. Mulai tidak asing -lebih tepatnya mencoba untuk tidak mengasingkan diri- dari kata ini. Mengapa ? toh memang sudah saatnya, aku menuju 23. Menikah hari ini, besok atau dua tahun lagi, tak ada salahnya mulai mempersiapkannya dari saat ini .Mari bersiap-siap.. Mulai membaca buku-buku yang berhubungan dengan pernikahan, dari ta'aruf, proses meminang hingga mengambil keputusan (belum sempat beli buku tentang menjadi istri). Dicicil sedikit demi sedikit..^^,. Segalanya harus dipersiapkan, Ruhiyah, fikriyah, jasadiyah dan maaliyah.
koleksi buku :

Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan
Karya : Ust. Salim A. Fillah 









Kupinang Engkau dengan Hamdalah
Karya : Muhammad Fauzil Adhim
(minjem kakak ipar,  ^^) 

Tak Kenal Maka Ta'aruf
Karya : Asri Widiarti







Mulai belajar masak.., masih aneh-aneh rasanya, hehe.. (ga seperti masakan mama). Semoga dia termasuk golongan orang-orang yang sabar.. :), yang selalu bilang masakan ku enak meski keasinan. Seorang yang terus membersamaiku dalam setiap proses belajar.. 

15.06 pm

Aku cemburu, pada mereka yang masih muda namun lebih bijak memahami kehidupan ini. 
Mereka memahami keinginanNya dan meyeleraskan dengan keinginan pribadi, dewasa sekali. 
Sangat cemburu, pada mereka yang belajar dan bisa belajar dari segala hal, dari air, dari batu, bahkan dari sebuah meja tulis yang menurutku hanya benda-benda mati.. 
Aku sangat cemburu, cemburu sekali.. 
Jika kemudian aku kembali bercermin pada diriku sendiri dan aku masih saja begini.. 

# terimakasih untuk inspirasi sore ini..

Sunday 16 October 2011

Serial kehidupan

Ternyata chiken soup for the soul bisa ku temukan dimana saja. Itu salah satu alasannya, selain alasan keterbatasan budget yang menyebabkan aku menaruh kembali buku tersebut dan tidak jadi membelinya. Jika memandang lebih dalam, banyak makanan yang menyehatkan bagi jiwa, bertebaran dan gratis, yang  mampu menyuburkan rasa syukur atas kehidupan ini. Membuat ku merasa malu untuk terus mengeluh dan untuk terburu-buru mengatakan,“ Tuhan, kesabaran ku sudah habis”.

Sempat sesekali aku bertanya pada ibu yang setia membersihkan tempat kosku tentang makna kebahagiaan kepadanya. Ia mendefinisikannya sebagai gaji yang cukup untuk menghidupi anak dan suaminya yang sudah tidak lagi bekerja, barang-barang bekas yang sudah tidak kami pakai, tubuh yang sehat dan bisa tidur empat jam dalam sehari.  Jika belum puas berjalan sedikit lagi ke arah depan di hari minggu maka ku temukan banyak pedagang-pedagang di sana. Bapak tua pedagang kincir mainan dari kertas warna-warni, suami-istri pedagang burung pipit, atau nenek penjual rengginang. Dan dari setiap mereka definisi tentang kebahagiaan pun berbeda-beda.

Setelah ini masihkah aku mengeluh untuk baju gamis yang belum bisa aku beli dan sepasang sepatu baru yang senada dengan baju, untuk tempat-tempat rekreasi yang belum bisa aku tuju. Masihkah aku menggunggat dan mengatakan mengapa aku tidak merasa bahagia atas hidupku.. Atau masihkah aku pesimis untuk menempuh hari esok yang tidak pernah pasti bagi siapa pun. Aku memang harus belajar banyak pada mereka, belajar lebih banyak lagi.

Buitenzorg

Baru kali ini aku merasakan saat mendengar kata pulang yang bermunculan adalah perasaan ragu dan dilematis. Entahlah, mungkin kota hujan ini sudah memikat hatiku.. Empat tahun lebih tinggal dikota ini menumbuhkan rasa cinta yang tak bisa ku jelaskan. Rasa cinta yang membiarkanku menerima segala yang ada disini, pada hujannya yang deras, pada cuaca panasnya yang menyengat, pada angkot-angkot dan kemacetan, pada semuanya..

Saatnya meyakinkan hatiku kembali untuk pulang. Seperti meyakinkan hatiku dulu untuk meninggalkan tempat kelahiranku dan menetap disini. Tentu saja langit kampungku lebih biru, awan berarak lebih tebal dan putih, udara lebih sejuk dan airnya yang lebih dingin. Disana juga tak ada angkot yang berlebih yang menyebabkan jalanan penuh dan mecet. Bukankah di kampungku juga tinggal kedua orang tua yang menantikan ku untuk tinggal bersama mereka.   

Aku akan pulang dan merindukan semua ini, atau mungkin saja aku berjodoh dengan kota ini dan memberiku alasan kuat untuk menetap lebih lama lagi. :)

Saturday 15 October 2011

Catatan Oktober

Suatu siang di dua belas Oktober adalah sebuah akhir dari kisah studi ku selama empat tahun pada sebuah departemen bergengsi di salah satu universitas  ternama Indonesia. Setelah bersalaman dengan tiga orang dosen penguji di ruangan yang menjadi momok bagi mahasiswa tingkat akhir itu, hatiku menjadi biru. Mendatangkan gerimis. Berucap syukur tak henti.. Dan tiba-tiba pundakku terasa berat,  sedikit lebih berat karena akan lebih banyak tangung jawab. Salah satunya adalah tanggung jawab untuk nama sandang di belakang namaku saat ini, S,Stat.

Dua pertanyaan sensitif bagi mahasiswa tingkat akhir sepertiku terjawab sudah. Saatnya mencari jawaban untuk pertanyaan sensitif lanjutan yang pasti akan ditanyakan. Aku mengalami masa transisi tahap kedua, dimana fase ini adalah perubahan diri  dari "orang gede" menjadi "manusia dewasa". Menjadi seorang yang memandang dunia dan manusia di dalamnya secara lebih luas dan kompleks. Karena bukan lagi dunia berisi orang-orang sekufu, seilmu, sepemahaman, tapi juga  sebuah dunia baru tentang persaingan, tentang realita dan idealisme yang mungkin akan banyak berbenturan, tentang keyakinan dan kebutuhan yang mungkin tak berjalan beririgan. Semoga saja bekal ku cukup agar iman ku tak aus atau tergerus...

Perjalanan ku yang sesungguhnya baru saja mulai..

Thursday 13 October 2011

Catatan Tia

Semua hal yang bisa tia ungkapkan, tentang apa yang tia lihat, tia pikir, tia rasa.. bukan hal yang terlalu penting namun semoga memberi makna.. khususnya buat tia.
 

Sample text

Sample Text

Sebuah catatan kecil tentang tia