Social Icons

Pages

Sunday 16 October 2011

Serial kehidupan

Ternyata chiken soup for the soul bisa ku temukan dimana saja. Itu salah satu alasannya, selain alasan keterbatasan budget yang menyebabkan aku menaruh kembali buku tersebut dan tidak jadi membelinya. Jika memandang lebih dalam, banyak makanan yang menyehatkan bagi jiwa, bertebaran dan gratis, yang  mampu menyuburkan rasa syukur atas kehidupan ini. Membuat ku merasa malu untuk terus mengeluh dan untuk terburu-buru mengatakan,“ Tuhan, kesabaran ku sudah habis”.

Sempat sesekali aku bertanya pada ibu yang setia membersihkan tempat kosku tentang makna kebahagiaan kepadanya. Ia mendefinisikannya sebagai gaji yang cukup untuk menghidupi anak dan suaminya yang sudah tidak lagi bekerja, barang-barang bekas yang sudah tidak kami pakai, tubuh yang sehat dan bisa tidur empat jam dalam sehari.  Jika belum puas berjalan sedikit lagi ke arah depan di hari minggu maka ku temukan banyak pedagang-pedagang di sana. Bapak tua pedagang kincir mainan dari kertas warna-warni, suami-istri pedagang burung pipit, atau nenek penjual rengginang. Dan dari setiap mereka definisi tentang kebahagiaan pun berbeda-beda.

Setelah ini masihkah aku mengeluh untuk baju gamis yang belum bisa aku beli dan sepasang sepatu baru yang senada dengan baju, untuk tempat-tempat rekreasi yang belum bisa aku tuju. Masihkah aku menggunggat dan mengatakan mengapa aku tidak merasa bahagia atas hidupku.. Atau masihkah aku pesimis untuk menempuh hari esok yang tidak pernah pasti bagi siapa pun. Aku memang harus belajar banyak pada mereka, belajar lebih banyak lagi.

No comments:

Post a Comment

 

Sample text

Sample Text

Sebuah catatan kecil tentang tia